Zaman boleh modern dan serba digital. Namun, kepercayaan pada zodiak, khususnya pada generasi Z, masih sangat kuat. Sebagian untuk lucu-lucuan atau sekadar ikutan tren di media sosial. Namun, banyak pula yang meyakini ilmu titen ala Barat tersebut, khususnya dalam menilai karakter seseorang. Zodiak adalah jantung dalam ilmu astrologi, ilmu perbintangan kuno yang hingga kini masih digunakan. Ada 12 tanda zodiak yang mengacu pada 12 rasi bintang yang umumnya diberi nama hewan sesuai mitologi Romawi dan Yunani. Zodiak itu membentuk sabuk di langit dan terbentang sekitar 8 derajat di sebalah utara atau selatan jalur pergerakan Matahari di langit.
Dalam astrologi, gerak benda-benda langit, khususnya Matahari, Bulan, planet dan rasi bintang itu diamati untuk menilai karakter dan nasib seseorang hingga meramal masa depan. Perubahan posisi benda-benda langit itu diamati menggunakan bagan yang disebut horoskop.Dari kacamata logika ilmiah yang berkembang saat ini, menentukan nasib seseorang dengan mengamati perubahan gerak benda langit tentu dianggap tidak logis atau tidak masuk akal. Karena itu, astrologi dianggap pseudosains alias sains semu. Sementara ilmu yang mempelajari gerak langit yang termasuk sains adalah astronomi.
Meski demikian, suka tidak suka, masih banyak orang yang memercayai astrologi, termasuk generasi Z yang merupakan warga asli digital. Orang menyukai ramalan, seperti ditulis Kompas, 4 Januari 2020, karena otak manusia tidak suka dengan ketidakpastian. Dengan ramalan, manusia menjadi lebih antisipatif, khususnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Penemuan Zodiak
Konsep astrologi dengan menggunakan 12 tanda zodiak seperti sekarang diperkirakan sudah digunakan bangsa Babilonia, di sekitar Irak dan Suriah saat ini, sekitar 2.000 tahun sebelum Masehi (SM). Robert Lea di Spase 31 Agustus 2022, menulis, penentuan waktu setiap zodiak ditentukan berdasarkan waktu kemunculan Matahari di depan rasi bintang tertentu. Lintasan semu Matahari melintasi konstelasi bintang itu sejatinya adalah garis ekliptika, yaitu jalur edar Bumi mengelilingi Matahari alias garis semu Matahari mengelilingi Bumi. Karena satu keliling bidang langit memiliki panjang 360 derajat dan ada 12 tanda zodiak, lebar atau rentang jarak yang ditempuh di setiap zodiak sama dengan 30 derajat. Jarak yang sama itu membuat panjang waktu untuk semua zodiak selalu sama, sekitar satu bulan.
Selama mengelilingi Matahari, gravitasi Bulan, Matahari, dan planet-planet lain juga akan memengaruhi Bumi. Gaya gravitasi benda-benda langit tersebut bekerja lebih kuat pada bagian Bumi yang lebih menonjol atau di sekitar khatulistiwa. Akibatnya, arah poros atau sumbu rotasi Bumi bergeser yang disebut presesi. Pergeseran itu mudah diamati dari perubahan arah sumbu rotasi berdasarkan perubahan latar belakang bintangnya. Pergeseran arah sumbu rotasi itu membuat arah kutub utara tidak menunjuk satu titik yang sama, tetapi akan bergerak membentuk siklus tertentu. Arah titik sumbu rotasi Bumi itu akan kembali ke titik yang sama setelah 25.800 tahun dan membentuk satu siklus.
Namun, ramalan astrologi yang sering kali hanya cocok untuk sebagian orang dan bertentangan dengan sebagian yang lain sejatinya menegaskan bahwa astrologi bukanlah sains karena tidak berlaku universal. Inilah yang membuat astrologi disebut sebagai sains semu atau pseudosains.
Meski astrologi dan astronomi berbeda, kedua ilmu tersebut memiliki akar kuno yang sama. Keduanya tumbuh dengan semangat untuk memahami pergerakan benda-benda langit. Namun, saat pengamatan semakin berkembang dengan ditemukannya metode dan teknologi observasi baru yang makin canggih, membuat astronomi dan astrologi akhirnya terpisah.
Perbedaan dan evolusi ilmu pengamatan benda-benda langit inilah yang kurang dipahami awam sehingga masih sering menyamakan astronomi dengan astrologi, termasuk masih memercayai ramalan bintang atau horoskop meski posisi bintang-bintang zodiaknya sudah bergeser jauh. Tak jarang, astronom sering kali diminta meramal nasib mereka.
Nah Sobat pustaka yang suka cek-cek zodiaknya jangan sampai ketinggalan ya untuk membaca………yuuuk baca, baca dan baca biar ilmu kita semakin bertambah…..!!
Sumber: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/09/04/cek-tanda-zodiakmu-