(Indonesia) Perangi HOAX dengan Membaca

Sorry, this entry is only available in Indonesia.

Hallo Sobat Pustaka, pada hari ini yaitu tanggal 7 Desember 2022 adalah Hari Gerakan Membaca Nasional yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tahun 2007. Mengutip dari website Kominfo, UNESCO menyebutkan Indonesia berada pada urutan kedua dari bawah dalam hal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!

Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Masih dari Kominfo, disebutkan bahwa 60 juta penduduk Indonesia memiliki gadget, atau menduduki urutan kelima dunia terbanyak kepemilikan gadget. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Namun ironisnya, meski minat baca buku rendah tapi data wearesocial per Januari 2017 mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Tidak heran dalam hal kecerewetan di media sosial orang Indonesia berada di urutan ke 5 dunia.

Coba Sobat Pustaka bayangkan, masyarakat Indonesia ilmu minimalis, malas baca buku, tapi sangat suka menatap layar gadget berjam-jam, ditambah paling cerewet di media sosial pula. Maka jangan heran jika Indonesia jadi sasaran empuk untuk info provokasi, hoax, dan fitnah. Kecepatan jari untuk langsung like dan share bahkan melebihi kecepatan otaknya. Padahal informasinya belum tentu benar, provokasi dan memecah belah NKRI.

Itulah sebabnya kami menghimbau kepada Sobat Pustaka yang notabene adalah mahasiswa yang disebut sebagai Agent of Change untuk mulai berbenah memperbaiki kondisi ini. Karena peran mahasiswa sebagai Agent of Change sangat luas kajiannya, yaitu bisa agen perubahan dalam pendidikan, pembangunan ekonomi, pemberdayaan sosial, pengabdian masyarakat, dan masih banyak lagi. Coba bayangkan jika para mahasiswa yang memiliki potensi besar sebagai Agent of Change malah mudah sekali termakan oleh berita dan informasi yang mengandung provokasi, hoax dan fitnah.

Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ahmad M Ramli menyatakan bahwa jumlah pengguna ponsel pintar pada tahun 2021 meningkat hingga 167 juta orang atau 89% dari total penduduk Indonesia.  Mahasiswa dengan segala kebutuhan dan tuntutannya dalam menuntut ilmu, mencari referensi dan bersosialisasi sudah pasti memiliki smartphone sehingga menyumbang jumlah yang banyak dalam data di atas.

Minat baca mahasiswa yang masih rendah bisa dilihat juga dari statistik pengunjung perpustakaan yang tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa. Sebagai contoh di Perpustakaan UB, data pada tanggal 5 Desember 2022 jumlah pengunjung mencapai angka 1.573. Ini termasuk jumlah pengunjung yang sangat banyak karena biasanya berkisar di angka 500 – 1000. Jika dibandingkan dengan total jumlah mahasiswa UB maka angka 1.573 tentu sangat jauh sekali.

Semoga setelah membaca data-data dan informasi di atas bisa membuka mata Sobat Pustaka sekalian dan mulai meningkatkan kembali minat baca. Yuk kunjungi perpustakaan untuk peradaban dunia yang lebih baik!

 

 

Scroll to Top